Latar Belakang
Daerah
khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah Ibu kota negara
Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status tingkat provinsi. Jakarta
terletak di bagian Barat Laut Pulau Jawa.
Banyak nya penduduk membuat daerah ibu kota Jakarta menjadi semakin padat. Dengan
perkembangan pembangunan kota Jakarta dan pertumbuhan jumlah penduduk khususnya
di Pasar Minggu yang semakin bertambah selain mengakibatkan meningkatnya
konsumsi masyarakat terhadap barang dagangan kebutuhan rumah tangga, juga
berpengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan area pasar.
Kelurahan Pasar Minggu berbatasan dengan
Kelurahan Pejanten Barat di sebelah utara yang dipisahkan oleh Jalan Pejaten
Raya. Sisi barat kelurahan berbatasan dengan Kelurahan Jati Padang, sementara
sisi timurnya berbatasan dengan Kelurahan Pejaten Timur dan Tanjung Barat. Sisi
selatan berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang dibatasi Jalan T.B.
Simatupang (Lingkar Luar Selatan).
Saat ini, sejak terjadi perubahan batas
wilayah Kecamatan Pasar Minggu dan Kecamatan Jagakarsa, beserta 5 kecamatan
lainnya di Jakarta,
sejak tanggal 12 Agustus 2015, 3 kampung yakni
Kampung Rawa Bambu Barat, Kampung Rawa Bambu Timur dan Kampung Jatipadang Atas,
yang semula termasuk kelurahan ini di kecamatan
Pasar Minggu, Jakarta
Selatan, telah termasuk ke dalam kelurahan
Tanjung Barat, kecamatan
Jagakarsa, Jakarta
Selatan, serta mengubah kode pos
dari semula 12520 menjadi 12530. 6 kelurahan
yang telah berubah batas (berdasarkan Kepgub DKI no. 126 tahun 2015)
Sumber : google.co.id/maps/pasar minggu
Pasar Minggu
Pasar Minggu menjadi salah satu
pasar terbesar di Ibu Kota. Denyut nadi pasar ini tak pernah mati. Pukul
beberapa pun datang ke pasar ini pasti ada aktivitas jual beli. Makin malam
justru makin ramai. Ribuan orang menggantungkan hidup di Pasar Minggu. Pasar
ini jadi menyuplai kebutuhan dasar warga Ibu Kota di sebagian wilayah Selatan.
Menurut Rachmat Ruchiat, penulis
buku-buku sejarah Jakarta, Pasar Minggu dibuka awal abad ke-19. Pada tahun 1984
yang diresmikan oleh gubernur DKI Jakarta pada saat itu bapak Cokropranolo . Di
sebut Pasar Minggu lantaran pasar ini dulunya hanya buka di hari Minggu. Namun
fakta soal pasar yang beroperasi berdasarkan pasaran hari tidak banyak
diketahui orang. Hanya pada hari minggu saja pasar tersebut buka dengan waktu
terbatas pukul 13.00 WIB sudah tutup. Seiring dengan waktu keberadaan Pasar
Minggu semakin diketahui oleh Warga Jakarta , sehingga kebijakan pemerintah
menamakan kecamatan serta kelurahannya sama dengan pasar.
Fungsi dulu dan sekarang
Pasar minggu dulunya adalah pasar
yang hanya memasarkan atau berdagang buah dari hasil panen warga sekitar. Sekarang
Pasar Minggu tidak lagi seperti apa yang digambarkan dalam lagu di atas. Selain
karena semua pasar di Jakarta dengan mudah kita dapatkan buah, Pasar
Minggu sendiri lebih dikenal sebagai pasar sayuran, dan tentu saja ada pedagang
buahnya. Menjadi pasar sayuranpun itu hanya berlangsung malam hingga jelang
subuh. Siang hari, Pasar Minggu sama seperti titik-titik Jakarta lainnya.
Sumber : https://www.merdeka.com/khas/
nadi-pasar-minggu-dan-pasar-rebo-tak-pernah-mati.html
Meski begitu, masih ada
beberapa pedagang buah di Pasar Minggu yang menggelar dagangannya secara
atraktif. Mereka hanya menempati sepenggal trotoar di depan stasiun
kereta. Mereka jelas bukan petani buah. Mereka hanyalah bagian dari masyarakat
urban Jakarta yang terseok-seok menyambung hidup di Ibukota.
Pasar Minggu merupakan suatu kawasa dengan beberapa
bangunan komersil disekitarnya yang difungsikan sebagai pasar tradisional.
Pasar tradisional ini di bangun pada zaman Belanda saat penjajahan. Bangunan
yang dijadikan sebagai kawasan pasar sehari-hari yang masih aktif pada saat ini
adalah bangunan yang dulunya merupakan bangunan teater Lingga Indah. Dimana bangunan
tersebut beralih fungsi menjadi sebuah bangunan yang dkhususkan untuk pasar
sayur serta kegiatan pedagang sehari-hari.
Langgam bangunan tersebut hanya
mengadopsi bangunan yang yang ada pada masa kolonial dimana gaya bangunan
teater zaman dulu seharusnya. Seiring dengan perkembangan zaman bangunan itupun
beralih fungsi tak di pungkiri karena kebutuhan pokok mendasar masyarakat dikala itu mungkin sangatlah banyak serta
bangunan tersebut tak lama lagi digunakan ,sehingga diubah menjadi sebuah
bangunan pasar yang menyediakan buah-buahan hingga beralih menjadi pasar yang
menjual sayur-sayuran hingga saat ini.
Namun terlepas dari hal atau
fungsi utama bangunan tersebut meskipun sudah beralih fungsi dan bangunan
terbilang tua dan kumuh. Dengan adanya pasar tradisional di pasar minggu tersebut menghidupkan aktivitas
masyarakat di kawasan tersebut dimana benar dibutuhkannya untuk kawasan
perdagangan kebutuhan pokok. Sehingga adapun baiknya bangunan tersebut di tata
serta didesain kembali sesuai kebutuhan yang sangat utama serta mendukung
kegiatan masyarakat yang berdagang pada
bangunan tersebut .
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar